Setop Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHIV

Setop Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHIV
HIV/AIDS (Foto: Ilustrasi/net)

ONEANEWS.com – Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV atau ODHIV masih sering dijumpai di tengah masyarakat. Hal ini disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap HIV/AIDS.

Untuk menghadapi persoalan tersebut, edukasi dari pemerintah, komunitas, organisasi, maupun yayasan peduli HIV/AIDS mesti dimasifkan. Megingat, teknologi yang semakin canggih saat ini dapat dimanfaatkan dalam memperluas informasi ke masyarakat.

Informasi dalam genggaman dapat mempermudah masyarakat mengakses hal-hal di luar jangkauannya. Salah satunya peran media massa sebagai perpanjangan tangan informasi ke masyarakat.

Media massa menjadi salah satu akses terpercaya yang mudah dijangkau masyarakat. Jurnalis sebagai pelaku penyebaran informasi melalui media massa sangat dibutuhkan untuk mengubah stigma masyarakat agar ODHIV tidak mendapat perlakuan diskriminasi.

Ada beberapa bentuk perilaku diskriminasi terhadap ODHIV di Indonesia yaitu, pelecehan verbal, pengucilan, hingga berujung kekerasan fisik.

Stigma ini seringkali membuat ODHIV menolak untuk mengakses layanan kesehatan, ataupun mengungkapkan status HIV mereka. Ini tidak boleh didiamkan karena dapat memperburuk kondisi mereka.

Stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV sudah seharusnya tidak terjadi lagi. Masyarakat pun seharusnya tidak perlu cemas berlebihan ketika ada ODHIV.

Sebab, saat ini sudah banyak ODHIV yang sadar untuk mengkonsumsi obat Antiretroviral (ARV) sehingga dapat melanjutkan kehidupan di tengah masyarakat. Meski, obat ARV ini tidak dapat menyembuhkan virus HIV namun, ini efektif dalam menekan perkembangan virus.

Salah satu yayasan yang peduli HIV yaitu, Yayasan Pendampingan Kesehatan Terpadu (YPKT) terus mengedukasi masyarakat. Bahkan, YPKT melibatkan Jurnalis di Parepare dalam hal edukasi masyarakat.

Ketua YPKT, Abdul Risal menegaskan, HIV/AIDS bukan penyakit melainkan virus yang sangat sulit tertular, dan virus tersebut akan mati ketika kena cahaya.

“HIV itu sangat sulit untuk tertular,” tegas Risal saat kegiatan Workshop Jurnalistik Peduli HIV/AIDS, yang digelar di Aula Lantai 3 Rumah Sakit dr Hasri Ainun Habibie Kota Parepare, Kamis (27/3/2025).

Kata Risal, HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, bersalaman sentuhan, pelukan ciuman, menggunakan peralatan makan/minum bersama.

“Namun penularannya dapat terjadi melalui perilaku berhubungan seks bebas tanpa menggunakan alat pengaman, penggunaan jarum suntik yang terinfeksi, transfusi darah yang terinfeksi, cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina dan ASI,” kata Risal yang juga Kabag SDM di Rumah Sakit dr Hasri Ainun Habibie Kota Parepare, itu.

Perlu diketahui, Data Dinas Kesehatan Kota Parepare menyebut, kasus HIV/AIDS hingga Juli 2024 terdapat 649 kasus. Sedangkan, di tingkat Sulawesi Selatan, jumlahnya 26.000 kasus dilaporkan pada tahun 2024.

Secara nasional, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sepanjang Januari-September 2024, tercatat 35.415 kasus baru HIV dan 12.481 kasus baru AIDS di Indonesia.

Jangan tinggal diam, mari mencegah penularan HIV sejak dini. Lakukan tes HIV secara rutin, terapi profilaksis sebelum terpapar (PrEP), pencegahan dari ibu ke anak, hingga menggunakan kondom secara benar. (*)

Bagikan artikel ini ke :