6 Pesan Rasulullah SAW Bahaya dan Risiko Berutang

6 Pesan Rasulullah SAW Bahaya dan Risiko Berutang
Ilustrasi utang. (Foto: iStockphoto/Doucefleur)

ONEANEWS.com – Utang adalah sesuatu yang dipinjam, baik berupa uang maupun benda. Utang bisa mendatangkan bencana dan bahaya bagi seseorang kelak apabila tidak segera dilunasi. Terdapat banyak peringatan dari Nabi Muhammad ﷺ terkait utang.

Dikutip dari Republika, Jumat (24/11/2023), Ustadz Najmi Umar Bakkar menjelaskan bencana dan bahaya akibat berutang. Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

1. – إنَّ صاحبَكم حُبِسَ على بابِ الجنَّةِ بدينٍ كانَ عليْهِ فإن شئتُم فافدوهُ وإن شئتُم فأسلِموهُ إلى عذابِ اللَّهِ

“…..Sesungguhnya saudara kalian (yang sudah mati) tertawan (tertahan) karena utangnya. Maka jika kalian mau, bayarkanlah untuknya, dan apabila kalian pun mau, maka serahkanlah dia kepada siksaan Allah.” (HR Abu Dawud no. 3341, an-Nasaa’i II/233, al-Haakim II/25-26, Ahmad V/11, 13, 20, dan juga al-Baihaqi 6/4/76, hadits dari Samurah bin Jundab, Ahkaamul Janaa-iz hal 26).

2. أعليه دين؟ قلنا: ديناران، فانصرف فتحملهما أبو قتادة فأتيناه، فقال أبو قتادة: الديناران عليّ، فقال رسول الله- صلى الله عليه وسلم -: قد أوفى الله حق الغريم وبرئ منهما الميت؟ قال: نعم فصلى عليه، ثم قال بعد ذلك بيوم: ما فعل الديناران؟ قلت: إنما مات أمس، فعاد إليه من الغد فقال: قد قضيتهما، فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: الآن بردت جلدته”

“Seseorang meninggal dunia…..lantas Rasulullah ﷺ Bersabda,”Apakah Dia memiliki utang?” Kami menjawab: “(Ada) dua Dinar”. Maka Beliau tidak jadi mensalatkannya. Lalu Abu Qatadah berkata: “Dua dinar itu tanggunganku”. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda : “Apakah hak orang yang memberi pinjaman sudah ditunaikan dan mayit telah bebas darinya ?” Dia menjawab, “Ya”. Kemudian Beliau pun mau mensaalatkannya.

Kemudian satu hari sesudah itu Beliau bersabda, “Apakah yang dilakukan oleh dua dinar itu?” Aku berkata: “Sesungguhnya dia baru wafat kemarin”. Jabir berkata : “Maka Rasulullah ﷺ Kembali Bertanya keesokan harinya”, lantas Abu Qatadah pun berkata, “Aku telah Melunasinya”. Maka Rasul ﷺ bersabda, “Sekarang baru kulitnya (si mayit) menjadi dingin.” (HR Al-Hakim II/58, al-Baihaqi VI/74-75, ad-Daruquthni 3/79 & Ahmad III/ 330, Shahiihul Jaami’ no 2753)

3. نفس المؤمن مُعلَّقة بدَيْنِه حتى يُقْضَى عنه

“Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada utangnya sampai utangnya dilunasi.” (HR Ahmad II/440, 475, 508, at-Tirmidzi no. 1078-1079, & Ibnu Majah no. 2413 & ad-Daarimi II/262, hadits dari Abu Hurairah, Shahiihul Jaami’ no. 6779). Imam ash-Shan’aani رحمه الله berkata, “Hadits menunjukkan bahwa seseorang itu akan tetap disibukkan dengan utangnya walaupun dia telah meninggal. Hadits ini menganjurkan agar kita melunasi utang sebelum wafat.” (Subulus Salam II/250).

4. يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلَّا الدَّيْنَ

“Orang yang mati syahid diampuni seluruh dosanya, kecuali utang.” (HR Muslim no 886, haditsnya Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash).

5. كنَّا جلوسًا عندَ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فرَفَعَ رأسَه إلى السماءِ ، ثم وضَعَ راحتَه على جبهتِه ، ثم قال : سبحان اللهِ ! ماذا نزَلَ مِن التَشْدِيدِ ؟ فسَكَتْنَا ، وفَزِعْنَا ، فلما كان مِن الغدِ سأَلْتُه : يا رسولَ اللهِ ، ما هذا التشديدُ الذي نزَلَ ؟ فقال : والذي نفسي بيدِه، لو أن رجلًا قُتِلَ في سبيلِ اللهِ ، ثم أُحْيِىَ ، ثم قُتِلَ ، ثم أُحْيِىَ ، ثم قُتِلَ ، وعليه دَيْنٌ ، ما دخَلَ الجنةَ حتى يُقْضَى عنه دَيْنُه.

“Rasulullah ﷺ duduk di sekitar beberapa jenazah diletakkan, lalu dia mengangkat kepalanya ke arah langit. Kemudian dia pun menundukkan pandangannya, lalu dia meletakkan tangannya di keningnya seraya dia bersabda, “Mahasuci Allah, Mahasuci Allah, betapa keras ancaman yang diturunkan!”.

Maka kami pun bubar serta kami juga diam, hingga keesokan harinya aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, kami berkata, “Ancaman Apakah Yang telah turun?” Beliau bersabda, “Tentang Utang. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, jika seandainya seseorang gugur di jalan Allah, kemudian dia hidup lagi, lalu gugur dan kemudian hidup, lalu gugur lagi sedangkan dia menanggung utang, niscaya dia tidak bisa masuk surga hingga utangnya itu dilunasi.” (HR Ahmad, An-Nasaa’i, Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausath serta Al-Hakim, hadits dari Muhammad Bin ‘Abdullah Bin Jahsy, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no 1804).

6. من فارقت روحه جسده وهو بريء من ثلاث دخل الجنة: الغلول والدين والكبر

“Barangsiapa ruhnya meninggalkan jasadnya (mati), sedangkan ia terbebas dari tiga perkara, maka ia (dijamin) akan masuk ke surga, yaitu; ghulul (korupsi), utang dan (dosa) kesombongan.” (HR At-Tirmidzi no 1572, 1573, Ibnu Majah no 2412, Ibnu Hibban no 676, Ahmad V/281, 376, al-Hakim II/26, & al-Baihaqi V/355, hadits dari Tsaubaan, Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no 1798).

Oleh karena itu, janganlah seseorang bermudah-mudahan dalam berutang, kecuali untuk suatu kebutuhan yang sangat mendesak bagi kehidupannya dan jangan pula berutang, untuk meraih maksud yang diharamkan dalam Islam. (*)

Bagikan artikel ini ke :
error: