Mamalia Berduri yang Hilang 62 Tahun dan Dikira Punah Ditemukan di Pegunungan Cycloop

Mamalia Berduri yang Hilang 62 Tahun dan Dikira Punah Ditemukan di Pegunungan Cycloop
Foto pertama Zaglossus attenboroughi dan satu-satunya dalam keadaan hidup. Foto ini diambil dengan kamera otomatis. (Foto: Ekspedisi Cycloop)

ONEANEWS.com – Para peneliti dalam Ekspedisi Cycloop di Pegunungan Cycloop, Papua, berhasil menemukan ekidna Zaglossus attenboroughi, atau ekidna moncong panjang Sir David Attenborough.

Spesies mamalia berduri yang telah menghilang selama 62 tahun dan dikhawatirkan sudah punah itu, ditemukan masih hidup bersama dengan ratusan spesies baru lainnya.

Ini adalah pertama kalinya ekidna dengan nama latin Zaglossus attenboroughi difoto dalam keadaan hidup. Spesies ini terakhir dilihat pada tahun 1961, dan selama ini dikhawatirkan telah punah.

Selama 62 tahun terakhir, keberadaan spesies ini hanya dibuktikan dari satu spesimen yang sudah diawetkan dan kini tersimpan di Naturalis Biodiversity Centre di Leiden, Belanda.

Spesimen itu ditemukan di dekat puncak Gunung Rara, Pegunungan Cycloop oleh ahli botani Belanda, Pieter van Royen, pada 1961.

Satu-satunya spesimen payangko ditemukan oleh ahli botani Belanda pada 1961, dan baru diberi nama pada 1998. (Foto: Naturalis Biodiversity Center)
Satu-satunya spesimen payangko ditemukan oleh ahli botani Belanda pada 1961, dan baru diberi nama pada 1998. (Foto: Naturalis Biodiversity Center)

“Mendapatkan bukti bahwa spesies ini masih hidup itu bagaikan menemukan satu cabang dari pohon kehidupan yang mempunyai sejarah evolusi sangat panjang,” kata Dr James Kempton, ilmuwan dari Universitas Oxford di Inggris yang memimpin ekspedisi yang berlangsung pada bulan Juni-Juli 2023.

Zaglossus attenboroughi adalah hewan yang punya duri di tubuhnya seperti landak, berjalan dengan empat kaki dan bermoncong lurus panjang, serta hidup di hutan terpencil Pegunungan Cycloop. Warga Desa Yongsu Spari di kaki gunung mengenal hewan ini sebagai payangko.

Selain menemukan payangko yang telah lama hilang, ekspedisi ini juga menemukan ratusan spesies yang diyakini merupakan spesies yang baru dalam sains.

Pegunungan Cycloop terletak di barat ibu kota Provinsi Papua, Jayapura.

Pegunungan ini membentang dari barat ke timur Provinsi Papua dan menjadi pembatas antara Danau Sentani dan Samudra Pasifik. Warga setempat menyebut puncak tertingginya dengan beragam nama, mulai dari Dobonsolo, Dafonsoro, hingga Robhong Holo.

“Saya sendiri baru tahu ada banyak spesies langka di hutan ini, saya merasa bersyukur, artinya hutan ini masih terjaga,” kata Zacharias Sorondanya, warga Desa Yongsu Spari di kaki Pegunungan Cycloop, yang memandu perjalanan para peneliti.

Hanya ada lima spesies mamalia yang bertelur (monotremes) di dunia, dan salah satunya adalah Zaglossus attenboroughi. Spesies ini dikategorikan sangat terancam punah dalam daftar merah IUCN.

Ekidna ini dinamakan Zaglossus attenboroughi pada tahun 1998 untuk menghormati naturalis Inggris sekaligus penyiar BBC, Sir David Attenborough, “yang telah berkontribusi besar dalam membuat masyarakat menghargai flora dan fauna di Pulau Papua”.

Payangko ditemukan setelah peneliti memasang 80 kamera di Pegunungan Cycloop.

Salah satu kamera merekam video dan foto Zaglossus attenboroughi pada 22 Juli 2023 pukul 20.08 waktu Indonesia timur. Demi kelestarian payangko, lokasi tempat penemuannya dirahasiakan.

Tidak banyak yang diketahui dari spesies ini, karena mereka belum pernah diteliti dalam keadaan hidup.

“Ini adalah bukti ilmiah pertama bahwa Zaglossus attenboroughi masih hidup, dan foto pertama binatang ini,” kata James Kempton kepada BBC News Indonesia.

Namun, sudah ada penelitian tentang tiga jenis ekidna lainnya, salah satunya adalah Zaglossus bartoni atau ekidna moncong panjang dari timur. Spesies ini hidup di dalam liang di tempat dengan ketinggian antara 600-3.200 meter di atas permukaan laut, hanya dapat ditemukan di hutan terpencil dan aktif di malam hari.

“Itulah sebabnya kami membutuhkan kamera untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam hutan, sebab manusia menimbulkan banyak suara dan gerakan, dan bisa menakuti para satwa,” kata James.

Dia menjelaskan bahwa Zaglossus attenboroughi yang terlihat di kamera sudah sesuai dengan deskripsi ciri-ciri binatang ini. Moncongnya lebih lurus, dan lebih pendek dibanding spesies ekidna lain. Struktur tubuhnya juga sesuai dengan spesimen yang tersimpan di museum.

Spesies ini adalah yang terkecil di antara ekidna yang lain, dan individu yang nampak diperkirakan panjangnya sekitar 70-80 cm.

“Penemuan ini berarti bahwa populasi spesies ini terjaga sejak terakhir terlihat di 1961, jadi ini adalah kabar baik. Saya menduga populasinya masih ada lebih banyak lagi, meskipun tidak terlalu banyak karena mereka hanya hidup di pegunungan ini,” kata James.

Sebelumnya, pencarian binatang ini sudah kerap kali dilakukan, misalnya, oleh ekspedisi tahun 2007, tapi tanpa membuahkan hasil. Kali ini, peneliti menjelajahi sisi hutan yang sangat jarang dirambah manusia. (*)

 

Sumber: BBC

Bagikan artikel ini ke :
error: