Fakta dan Mitos 3 Benua yang Hilang dalam Sejarah Dunia

Fakta dan Mitos 3 Benua yang Hilang dalam Sejarah Dunia
Fakta dan Mitos 3 Benua yang Hilang dalam Sejarah Dunia. (Foto: pixabay)

ONEANEWS.com – Mitos benua yang hilang atau tenggelam telah lama menjadi misteri geologi dan sejarah bumi. Di balik mitos tersebut, ada fakta menarik yang mengungkapkan rahasia dalam perjalanan panjang evolusi bumi.

Berikut fakta dan mitos di balik benua yang hilang dari beberapa referensi/sumber:

1. Benua Atlantis

Ilustrasi peta Atlantis/sundaland
Ilustrasi peta Atlantis/sundaland (Foto: atlantisjavasea.com)

Atlantis adalah salah satu mitos paling terkenal tentang keberadaan benua yang hilang dalam sejarah dunia. Benua Atlantis dikisahkan sebagai sebuah peradaban maju yang tenggelam di dalam lautan akibat kemarahan para dewa.

Teori tentang Atlantis pertama kali diungkapkan oleh filsuf Yunani kuno, Plato, dalam dua karya dialognya yang berjudul “Timaeus” dan “Critias”.

Atlantis dijelaskan sebagai sebuah pulau atau benua yang terletak di luar Pilar-Pilar Herkules (selat Gibraltar saat ini) dan dihuni oleh masyarakat sangat maju secara teknologi dan sosial.

Dalam dialog Timaeus, Plato merinci tentang Atlantis sebagai kerajaan besar yang dikuasai oleh raja-raja keturunan Poseidon, dewa laut dalam mitologi Yunani.

Kota Atlantis dikatakan memiliki infrastruktur megah, terdiri atas cincin konsentris dari air dan tanah yang dikelilingi cincin air serta daratan.

Plato menggambarkan Atlantis sebagai kekuatan dominan yang berusaha untuk memperluas wilayahnya, tetapi pada akhirnya dihadapkan dengan kegagalan dalam upayanya tersebut.

Dalam dialog Critias, Plato menceritakan bagaimana kota Athena (Atenai) yang mewakili kebijaksanaan, menghadapi konflik dengan Atlantis.

Perang antara kota-kota ini berujung pada hukuman dari para dewa, di mana Atlantis dihantam bencana alam yang dahsyat dan tenggelam ke dalam lautan dalam waktu singkat.

Dalam mitos ini, bencana tersebut dianggap sebagai hukuman dari para dewa atas keangkuhan dan ketidakpatuhan manusia.

Meskipun mitos Atlantis menjadi legenda yang dikenal secara luas, tidak ada bukti arkeologis atau ilmiah untuk mendukung eksistensi sebenarnya dari benua atau pulau ini.

Banyak teori telah diajukan untuk mencoba menjelaskan asal-usul mitos Atlantis. Salah satu teori populer adalah bahwa mitos Atlantis mungkin terinspirasi oleh bencana geologi nyata, seperti letusan gunung berapi atau gempa bumi yang terjadi pada masa lalu.

Misalnya, letusan gunung berapi di pulau Santorini di Yunani pada sekitar 1600 SM. Letusan ini mengakibatkan kehancuran kota-kota dan perubahan dramatis dalam lanskap pulau tersebut.

Teori ini mengatakan bahwa peristiwa tersebut mungkin telah memberi inspirasi untuk cerita tentang keruntuhan dan tenggelamnya peradaban maju.

Seperti halnya mitos-mitos kuno lainnya, tujuan sebenarnya dari cerita Atlantis mungkin lebih kompleks daripada sekadar merujuk pada peristiwa alamiah. Mitos ini memiliki implikasi filosofis dan moral tentang ketidakstabilan keberlanjutan kekuasaan dan kemaharajaan manusia.

Pada akhirnya, walaupun banyak teori dan spekulasi mengenai asal-usul mitos Atlantis, keberadaan dan lokasi sebenarnya dari benua ini tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga kini.

Mitos Atlantis tetap menjadi bagian integral dari budaya populer dan memberikan inspirasi bagi banyak karya sastra, seni, dan fiksi ilmiah.

2. Benua Lemuria dan Mu

Ilustrasi peta Mu dan Lemuria
Ilustrasi peta Mu dan Lemuria. (Foto: pinterest)

Lemuria dan Mu adalah mitos benua hilang lainnya yang sering disebutkan dalam kisah-kisah legenda. Lemuria adalah mitos benua hilang yang diyakini menghubungkan wilayah Madagaskar dengan India.

Konsep ini pertama kali diusulkan oleh ilmuwan abad ke-19 dalam upaya untuk menjelaskan persebaran hewan purba. Namun, teori ini segera kehilangan dukungan ilmiah karena tidak ada bukti geologis yang dapat membuktikan keberadaan Lemuria.

Pada saat sama, teori pergeseran lempeng tektonik telah memberi penjelasan tentang hubungan geografis antara Madagaskar dan India. Hubungan geografis Madagaskar dan India terjadi disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik dalam skala jutaan tahun, bukan karena eksistensi benua tenggelam.

Sementara itu, Mu adalah mitos tentang sebuah peradaban kuno yang diduga ada di wilayah Samudra Pasifik dan mengalami tenggelam massal. Kisah ini pertama kali diusulkan oleh penulis Augustus Le Plongeon pada akhir abad ke-19.

Namun, seperti Lemuria, tidak ada bukti arkeologi atau geologi yang kuat untuk mendukung klaim tersebut. Teori ini lebih sering dianggap sebagai fantasi daripada fakta ilmiah

3. Benua Pangaea

Ilustrasi Benua Pangaea
Ilustrasi Benua Pangaea. (Foto: Rainer Lesniewski via Getty Images)

Benua Pangaea adalah istilah merujuk pada superbenua besar yang diyakini pernah ada sekitar 335 juta tahun lalu dalam sejarah geologi Bumi.

Konsep ini didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa benua-benua saat ini dulunya pernah bergabung membentuk satu daratan raksasa.

Teori Benua Pangaea pertama kali diajukan oleh ahli geologi Jerman bernama Alfred Wegener pada awal abad ke-20. Menurut teori ini, seluruh benua di Bumi pernah bergabung membentuk satu massa daratan besar yang disebut Pangaea.

Konsep ini didukung oleh bukti-bukti seperti kesamaan fosil dan formasi batuan di benua-benua yang terpisah. Selain itu, ada pola pesisir yang cocok ketika benua-benua tersebut disatukan kembali. Benua Pangaea tidak tetap bertahan dalam bentuknya yang bersatu.

Pergerakan lempeng tektonik, yaitu lapisan-lapisan raksasa dari kerak Bumi yang bergerak di atas mantel, memainkan peran penting dalam pemisahan benua-benua. Proses ini disebut derift kontinental.

Pemisahan Pangaea dimulai dengan pecahnya satu lempeng besar menjadi beberapa lempeng yang lebih kecil.

Pergeseran lempeng ini memicu pembentukan lempeng-lempeng samudera dan lempeng-lempeng benua yang mengarah pada pembentukan benua-benua seperti sekarang.

Bukti-bukti dalam bentuk persamaan fosil dan formasi batuan di berbagai benua menunjukkan keterkaitan yang jelas antara massa daratan saat ini. Fosil yang ditemukan di sepanjang pantai benua-benua yang sekarang terpisah menunjukkan adanya spesies sama di wilayah yang dulunya terhubung.

Selain itu, batuan dan pegunungan tertentu memiliki kemiripan dalam struktur dan komposisi, mengindikasikan asal-usul bersama. Dengan begitu, bukti-bukti dalam bentuk fosil, batuan, dan bentuk geografis yang cocok pada benua-benua terpisah menguatkan validitas teori ini dalam menjelaskan sejarah geologi bumi. (*)

Bagikan artikel ini ke :
error: