Jenis Permainan yang Disarankan untuk Mengasah Otak Anak di Usia Emas
ONEANEWS.com – The Golden Age atau usia emas meliputi 1000 hari pertama kehidupan anak yang dihitung dari masa dalam kandungan sampai dengan usia anak mencapai dua tahun.
Pada masa ini otak anak sedang berkembang sangat pesat sehingga Mama harus memastikan kebutuhan gizinya terpenuhi dengan baik. Namun, anak tidak hanya memerlukan asupan nutrisi untuk bertumbuh kembang.
Anak juga membutuhkan stimulasi dari permainan yang mengasah otak untuk mengoptimalkan daya tangkapnya. Kecerdasan daya tangkap melibatkan kemampuan anak untuk menalar dan memahami sebuah informasi yang ia terima.
Ketika anak bisa memahami, ia bisa berpikir dengan penilaian yang tepat dan masuk akal, dan pada akhirnya bisa menentukan keputusan yang tepat atas kemauannya sendiri.
Dilansir dari Nutriclub, anak terlahir memiliki 100 triliun sel di dalam otak yang disebut neuron. Neuron-neuron ini akan membentuk koneksi dengan satu sama lain dalam beberapa tahun pertama usianya. Jaringan neuron inilah yang menjadi bekal anak untuk berpikir, belajar, berkomunikasi, dan memahami dunia di sekitarnya.
Lewat permainan, anak akan berkesempatan untuk mengeksplorasi dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka dan stimulasi yang ia dapatkan tersebut akan mengasah sel-sel otaknya untuk memperbanyak dan menguatkan hubungan antar satu sama lain.
Koneksi antar sel ini saraf seiring waktu akan makin kuat dan makin banyak hingga jumlah jaringannya mencapai dua kali lipat dan menjadi permanen.
Anak usia 1-2 tahun sudah mulai bisa berjalan. Di usia ini sebaiknya Mama memberikan anak permainan yang membantu anak melatih keseimbangan dan koordinasi serta permainan yang dapat meningkatkan rasa ingin tahunya seiring anak semakin mobile.
Menginjak usia 2 tahun ke atas, anak semakin aktif. Sebaiknya Mama memperkenalkan anak dengan mainan yang melatih fisiknya dan juga meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Lalu, permainan seperti apa yang bagus untuk mengasah otak anak?
1. Sepeda Roda 3
Saat si Kecil sudah lebih besar dan lebih aktif, Mama dapat mulai memperkenalkan mainan yang mendorong lebih banyak aktivitas fisik, seperti sepeda roda tiga. Selain melatih motoriknya, anak juga akan terpacu mengasah keterampilan kognitifnya untuk mencari cara mengendalikan setang dan arah laju sepedanya dengan benar.
Ketika mendampingi anak belajar naik sepeda, selalu pastikan mereka menggunakan helm dan ajarkan untuk tidak mengebut demi keamanan diri sendiri.
2. Learning Table/Activity Table
Meja aktivitas adalah contoh permainan yang baik untuk mengasah perkembangan otak anak. Pada activity table ini akan ada berbagai jenis mainan atau permainan dengan tujuan atau cara memainkan yang berbeda.
Dengan berbagai aktivitas yang dapat si Kecil pilih sendiri, ia bisa belajar bagaimana cara mengarahkan dan memusatkan perhatiannya untuk memahami cara kerja suatu mainan sambil membantu mengembangkan keterampilan motorik halusnya.
Sebagai contoh, mereka akan coba membuka kunci atau kait dengan kunci-kunci yang disediakan untuk membuka setiap pintu yang memiliki nomor. Di balik masing-masing pintu akan selalu ada gambar menyenangkan dan seru.
3. Pasir Kinetik
Bermain dengan pasir kinetik dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan kasar, serta menstimulasi indera sensori anak Mama, yang mencakup sentuhan, penciuman, penglihatan, pengecapan, gerakan, pendengaran.
Kegiatan ini juga sekaligus menjadi batu loncatan pertama untuk anak mengenal dan bereksperimen dengan sains.
Penelitian menunjukkan bahwa permainan sensorik turut mengasah perkembangan otak, yang mengarah pada perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Bagaimana bisa?
Ambil contoh dengan membiarkan anak “mencorat-coret” atau menulis kata-kata di pasir. Ini bisa menjadi kesempatan Mama dan Papa untuk mengembangkan keterampilan bahasanya dengan bertanya apa yang ia tulis atau ingin coba ceritakan.
Bermain pasir kinetik juga dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan perencanaan dan pemecahan masalah untuk mencapai tujuan yang mereka tetapkan untuk diri sendiri, misalnya si Kecil yang ingin membangun rumah dari pasir.
Anak akan bisa membuat strategi untuk membangunnya, seperti mulai dari fondasinya terlebih dulu kemudian membuat dinding-dindingnya, dan diakhiri dengan membuat atap.
Ketika rumah pasirnya rubuh, ia bisa belajar untuk mengidentifikasi masalahnya dan mencari solusi, misalnya karena fondasinya kurang padat sehingga ia akan menambahkan pasir di bawahnya.
4. Mainan Magnet
Mirip seperti pasir kinetik, permainan yang menggunakan magnet juga bisa menjadi perkenalan anak terhadap sains.
Saat anak mencoba memasang magnet pada beragam jenis permukaan, misalnya di lantai, di papan besi (misalnya pintu kulkas), atau di atas kertas, ia akan belajar memahami bahwa magnet hanya akan bisa menempel pada permukaan tertentu saja.
Untuk membantunya belajar, Mama bisa dampingi sambil menjelaskan bagaimana cara kerja magnet dan apa fungsi magnet untuk di kehidupan sehari-hari untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
Dari sini, ia juga akan bisa belajar konsep “sebab dan akibat” dan keterampilan pemecahan masalah penting lainnya yang sangat penting untuk mengembangkan koneksi antar saraf otak di awal usianya.
5. Science Kits (Mainan Sains)
Melakukan proyek sains membantu mengembangkan kecerdasan anak, terutama keterampilan mereka dalam menetapkan tujuan (apa hasil akhir yang ingin mereka capai), perencanaan, dan pemecahan masalah.
Permainan sains juga bantu menjaga rasa keingintahuan intelektual anak tetap tinggi, membantu anak memperoleh cara baru untuk mengajukan pertanyaan dan memahami dunia.
Ada banyak macam permainan sains yang cocok dimainkan anak usia 1-3 tahun, misalnya membuat slime, merancang sirkuit listrik, menciptakan gunung berapi, membangun model Bumi dan Bulan, menggali “fosil” T-rex, membuat “kristal”, dan banyak lagi.
6. Mainan Dokter
Melalui permainan bertema medis, anak-anak bisa belajar tentang prosedur medis dengan aman dan membantu mereka lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan diri mereka sendiri. Misalnya, si Kecil jadi akan tahu bagaimana giginya bisa bolong dan bagaimana cara memperbaikinya.
Permainan ini juga membantu si Kecil memahami apa saja yang berlangsung selama pemeriksaan dokter serta mengurangi ketakutan dan kecemasan anak terhadap lingkungan rumah sakit dan proses pengobatan penyakit atau cedera.
7. Permainan Merakit (Mainan Konstruksi)
Sesuai sifatnya, mainan konstruksi mendorong anak melatih koordinasi tangan-mata serta keterampilan motorik halusnya. Di saat yang bersamaan, permainan merakit juga membantu mengasah keterampilan kognitif anak.
Saat anak bermain untuk menyusun balok, merakit model mobil, robot, atau lintasan kereta api, ia harus bisa menalar fungsi dan tujuan dari setiap bagian yang tersedia. Ia juga harus memikirkan bagian mana yang cocok dipasang di area tertentu sesuai dengan instruksi yang ada dalam mainan.
Kemudian supaya anak bisa melihat hasil akhir yang diinginkan, ia harus bisa memusatkan dan mengarahkan perhatiannya untuk menyelesaikan permainan tersebut.
Ini adalah tantangan yang menarik dan menyenangkan untuk melihat apa yang dapat dibuat oleh anak-anak menggunakan imajinasi mereka dan bahan bangunan di depan mereka.
8. Mainan Teleskop
Asah daya tangkap, kemampuan fokus, serta keterampilannya berbahasa dengan memberikan mainan teleskop. Lewat teleskop ini, si Kecil akan dapat melihat hal-hal di sekitar ruangan.
Coba pancing proses berpikir anak dengan memintanya mencari item, warna, atau benda dalam kategori tertentu. Sebagai contoh, “Nak, apakah kamu melihat sesuatu yang berwarna hijau?” atau “Ayo, coba cari kucing pakai teleskop ini!”.
Kecerdasan daya tangkap berkaitan erat dengan bagaimana si Kecil mampu mendengar dan berkomunikasi. Ketika ia mendengar informasi atau instruksi dari Mama, ia akan dipacu untuk berpikir, membuat kesimpulan, dan menanggapi ketika diajak bicara. (*)