Alasan Jembatan Penghubung Pulau Bali dan Jawa Tak Bisa Dibangun
ONEANEWS.com – Pulau Dewata Bali merupakan destinasi tujuan wisata utama di Tanah Air. Bali memang memiliki banyak hal yang ditonjolkan seperti keindahan alamnya mulai dari pantai, sawah terasering, pegunungan dan juga danaunya, merupakan objek wisata unggulan yang selalu diminati oleh wisatawan.
Apalagi sekarang warga juga lebih kreatif untuk menciptakan tempat-tempat wisata baru yang tampil kekinian dan instagramable, dan sangat diminati oleh mereka yang suka hunting foto maupun yang gemar foto selfie.
Selain itu Bali memiliki berbagai budaya seni dan tradisi unik yang menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.
Itulah alasan jadi magnet bagi wisatawan dari berbagai belahan dunia. Itulah kenapa pulau Bali tersebut tidak pernah sepi wisatawan.
Kendati demikian, banyak yang bertanya-tanya kenapa Pulau Bali dan Pulau Jawa tidak diberi penghubung melalui jalur darat. Tepatnya, membangun jembatan penghubung Bali-Jawa.
Jarak kedua pulau juga terbilang dekat, hanya sekitar 5 kilometer saja.
Bahkan orang membandingkan ini dengan jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dan Madura dengan jarak sekitar 4,35 kilometer.
Jika jembatan Suramadu bisa dibangun, kenapa jembatan penghubung Pulau Bali-Jawa tidak dibangun juga?.
Padahal jika ada jembatan penghubung Jawa-Bali, akan memudahkan konektivitas kedua pulau. Sehingga jalur ekonomi maupun pergerakan wisatawan lokal maupun mancanegara bisa lebih dinamis melalui jalur darat, selain udara.
Saat ini wisatawan yang berangkat dari Pulau Jawa, harus memilih dengan dua moda transportasi, yaitu menggunakan layanan maskapai penerbangan, atau perjalanan darat dan laut menggunakan berbagai angkutan.
Dari sejumlah sumber ternyata banyak alasan mengapa jembatan Jawa-Bali tidak akan pernah terwujud untuk dibangun.
Padahal gagasan pembangunannya sudah muncul sejak tahun 1960-an oleh Prof Sedyatmo dari Institut Teknologi Bandung (ITB), namun ditolak.
Beberapa alasan tersebut utamanya berkaitan dengan mitologi Dahyang Sidhimantra, yang sengaja memutus Pulau Bali dengan Jawa.
Mitosnya dilarangnya pembangunan jembatan penghubung Jawa-Bali untuk menyaring hal-hal negatif dari luar Pulau Bali, supaya menjadi lebih mudah diawasi.
Ada tiga alasan yang berkembang di lingkungan masyarakat Pulau Dewata, terkait pembangunan jembatan penghubung akan sulit terealisasi. Masing-masing yakni faktor agama dan budaya, geografis, dan ketentuan Pemerintah Bali.
Masyarakat Bali memang terkenal sangat teguh memegang erat pesan dari leluhurnya hingga saat ini. Masyarakat di Pulau Dewata mempercayai jika Pulau Jawa dan Bali memang sejatinya ditakdirkan untuk terpisah.
Jika Bali dan Jawa terhubung, maka budaya Bali akan rusak. Keyakinan tersebut merupakan sebuah legenda yang sudah diyakini oleh masyarakat Bali yang masih memegang teguh kebudayaan lokal setempat.
Selain perihal keyakinan, masalah kriminalitas juga dikhawatirkan akan meningkat, apabila ada jembatan tersebut. Masyarakat Bali khawatir terhadap meningkatnya kepadatan penduduk jika ada jembatan penghubung Bali-Jawa.
Selain itu, ada faktor kekhawatiran warga Pulau Dewata. Pulau Dewata memang terkenal memiliki keindahan alam yang masih terjaga.
Sehingga apabila Pulau Bali dan Jawa terhubung, masyarakat Bali khawatir mobilisasi perpindahan penduduk akan membuat keindahan alamnya akan ikut terdampak dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Alasan-alasan itulah yang menjadi dasar kuat Jawa dan Bali sulit terwujud dengan jembatan seperti Pulau Jawa dan Madura. Masyarakat Bali ingin terus menjaga tanah dan budaya leluhurnya, supaya bisa terus lestari.
Karena itu, hingga kini wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Dewata hanya bisa mengakses dua jalur, yakni menggunakan pesawat ataupun memanfaatkan layanan penyeberangan dengan kapal ferry.
Demikian informasi tentang tidak adanya jembatan penghubung Jawa-Bali, yang konon banyak memang sudah turun temurun menjadi mitos. (*)