Sejarah Air Terjun Bantimurungna Gallang Gowa, Rakyat dari Kerajaan yang Berdosa Dieksekusi di Sini

Sejarah Air Terjun Bantimurungna Gallang Gowa, Rakyat dari Kerajaan yang Berdosa Dieksekusi di Sini
Sejarah Air Terjun Bantimurungna Gallang Gowa, Rakyat dari Kerajaan yang Berdosa Dieksekusi di Sini. (Foto:Instagram/@andiimrankfajar)

ONEANEWS.com – Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan mampu bersaing Engan daerah lainnya di Sulawesi dalam hal Destinasi wisata. Di Gowa banyak tempat wisata yang mampu memanjakan mata.

Salah satu tempat wisata yang menarik perhatian dan wajib dikunjungi adalah Air Terjun Bantimurungna Gallang Gowa yang memiliki pemandangan yang sangat indah.

Pemandangannya yang begitu indah dan eksotis, ternyata tempat wisata ini juga menyimpan cerita sejarah dibaliknya.

Nama Air Terjun Bantimurungna Gallang Gowa diambil dari Bahasa bugis halus banti murung yang berarti Air yang bergemuruh. Nama ini diusulkan oleh salah satu tetua kerajaan yang ada di Gowa Patahoeddin Daeng Paroempa.

Namun, masyarakat Gowa lebih mengenal nama ini dari kata badi’ gallang yang berarti sebuah senjata mematikan, dan juga orang yang telah terkena atau tertancap badi’ gallang di tubuhnya maka tidak akan bisa sembuh dan pulih kembali.

Siapa sangka, di balik keindahan pemandangan Air Terjun Bantimurungna Gallang Gowa, terdapat kisah yang bersejarah. Air terjun ini sudah ada sejak lama, dulunya terdapat tiga kerajaan yang ada di sekitar air terjun tersebut.

Kerajaan itu adalah Kerajaan Ballasuka, Kerajaan Pao dan juga Kerjaan Lombo yang cukup lama berada di daerah Gowa. Menurut sejarah, ketiga kerajaan ini berdiri dan berada di sekitar air terjun sekitar tahun 1927.

Pada masa kerajaan tersebut, air terjun hits ini dijadikan tempat untuk mengeksekusi Rakyat ketiga kerajaan yang berbuat dosa.

Seluruh masyarakat yang melanggar hukum adat seperti orang tua yang menggauli anaknya, suami istri yang menggauli orang lain sebelum bercerai dan juga berselingkuh akan dihukum.

Hukum adat yang ditetapkan adalah dengan dibuangnya orang tersebut ke dalam air terjun hingga orang yang melanggar hukum adat tersebut meninggal dunia.

Karena cerita sejarah yang menakutkan tersebut, maka banyak mitos yang beredar di kalangan masyarakat setempat.

Mitos yang beredar mengatakan bahwa kawasan area tersebut sangat angker karena merupakan salah satu bekas tempat banyak pembantaian rakyat yang melanggar hukum.

Sehingga, terdapat banyak penampakan yang berasal dari korban-korban eksekusi tersebut, Namun, karena semakin ramai dikunjungi suasana angker itu tidak lagi terasa. (*)

Bagikan artikel ini ke :
error: